Kamis, September 25, 2014

One day in Camp Vietnam!





Spadaaaaaa....

Hari ini aku mau cerita tentang Camp Vietnam yang ada di Batam, ya.
Yap Camp Vietnam ini adalah salah satu objek wisata di Batam yang harus kamu datangi!

Jadi, untuk mencapai Camp Vietnam ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan darat dari simpang Barelang, Tembesi, Batu Aji.

Di dalam perjalanan jangan lupa membeli kacang, karna saat sampai di Kampung Vietnam nanti akan ada puluhan Monyet yang menunggu di jalanan, seperti ini :






Sensai tersendirinya adalah ketika kita menjulurkan tangan dari mobil, para monyet itu berebutan untuk mendapatkan jatah kacangnya, mereka mengupas dengan ligat hahahaa.
Oh, ya. Biaya masuk Camp Vietnam adalah sebesar 5.000/orang. Biaya ini masuk ke dalam biaya pemeliharan obyek wisata yang cukup unik ini.

Nah Kampung Vietnam seluas 80 Hektar ini, dulunya sengaja dibuat terisolasi dari penduduk lainnya, Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan dan penjagaan sekaligus penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi.

Tempat pertama yang harus kamu kunjungi setelah memasuki Camp Vietnam ini adalah MUSEUM di mana museum ini menyimpan seluruh sejarah yang pernah ada dan tersisa di sini.

Jadi, sejarahnya dulu tempat ini adalah tempat para pengungsi dari Vietnam yang dikenal dengan sebutan Manusia Perahu, mereka mencari tempat perlindungan pasca perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sekitar tahun 1979.

Mereka mengungsi menggunakan perahu-perahu sederhana yang kondisinya sangat memprihatinkan, dalam satu perahu bisa memasuk 40-100 orang penumpang, mereka mengarungi Lautan Cina selama berbulan-bulan, sebagian dari mereka banyak yang terombang-ambing di lautan tanpa tujuan dan akhirnya mati di tengah lautan, sebagiannya lagi berhasil mencapai wilayah Indonesia tepatnya di Pulau Galang, Batam.

Pengungsi pertama yang yang mendarat di Indonesia adalah di Kepulauan Natuna bagian utara pada tanggal 22 Mei 1975, sebanyak 75 orang. Pengungsi yang jumlahnya masih sedikit ini awalnya ditampung oleh masyarakat setempat, hingga akhirnya perahu-perahu pengungsi lain juga berdatangan, termasuk di Kepulauan Anambas dan Pulau Bintan. Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Setelah mengevaluasi beberapa pulau di sekitar Pulau Bintan, berdasarkan alasan kemudahan menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, area yang cukup luas untuk menampung 10.000 pengungsi, kemudahan isoler, serta kemudahan akses, akhirnya diputuskanlah Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. ( copy from Camp Vietnam )



 Di dalam Museum ada banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah beserta foto-foto yang menggambarkan secara langsung kisah pilu mereka pada masa pengungsian itu.









 Setelah puas menikmati seluruh sejarah yang ada di dalam museum, kita boleh beranjak ke depan musem di mana itu adalah Penjara untuk menahan para penyusup yang masuk dan mengganggu ketentraman kampung mereka pada jaman dahulu, dan kami mencoba masuk ke dalamnya, hahaa penjaranya sudah dimodifikasi dengan baik, tidak lagi seperti penjara yang menyeramkan, malahan seperti kamar kos-kosan yang sempit.


Tidak perlu berlama-lama di penjara, kita lanjut beranjak ke Vihara tempat sembahyang orang-orang yang menganut agama Budha, tempatnya bagus dan cukup damai untuk menenangkan pikiran.







Tak banyak sejarah yang dapat saya ceritakan tentang Vihara itu, hehe, karna saya tidak terlalu paham. Selanjutnya kami keluar dari Camp Vietnam lalu menuju Pagoda.

Pagoda yang kami kunjungi ini benar-benar luar biasa indah pemandangannya, hamparan lautan dari atas, serta bukit-bukit kecil nun hijau benar-benar mampu mencuci mata dengan segar. Kami menghabiskan jagung bakar yang dibeli pada perjalanan tadi :



Kami juga melempar koin di depan patung Dewi Kwan In, yang katanya jika kita meminta suatu keberkahan, jodoh, rejeki yang banyak bisa dikabulkan. Karna kepercayaan saya adalah percaya pada Allah, saya berdoa pada Allah SWT dan melemparkan koinnya ke dalam sebagai syarat saja, karna katanya koin-koin ini setiap tahun akan diambil dan disumbangkan pada yang membutuhkan.



Di akhir perjalanan kami singgah di Rumah Makan Seafood Jembatan 4 Barelang, dengan suguhan makanan yang lezat dan sedap seperti kepiting, sotong, gurame, dan seafood lainnya kami menikmati senja dengan romantis dan bahagia.


Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Dosen gaul kita, Kak Haeruddin dan Kak Robert serta Pinky dan Loly yang tiba-tiba nyulik dan ngajak refreshing ke tempat unik seperti ini, kalian juaraaaa!

See you!
Previous Post
Next Post

post written by:

1 komentar:

  1. wisata sejarah tidak terlalu buruk juga ya, karena kita bisa tahu sejarah-sejarahnya pada masa pengungsian di vietnam..

    BalasHapus