Sabtu, Juni 22, 2013

Tak Ada Yang Abadi

Reepost from Sore Nanti


“Kenapa kamu baru cerita sekarang?” ucapku.
“Aku kayak gini untuk ngelindungin kamu”
“Melindungi aku dari apa?”
“Melindungi kamu dari keinginan membalas ucapan-ucapan mereka. Melindungi kamu, agar tidak seperti mereka, agar mereka tidak merasa menang..”
“Tapi.. kenapa kamu masih di sini setelah mendengar semua tentang aku? Semua perkataan mereka?”
“Karena aku percaya, aku bisa menyelamatkanmu”
“Menyelamatkan aku? Maksudmu?”
“Dengan mencintaiku, aku akan menyelamatkanmu, menyelamatkanmu dari masa lalumu, sayang..”
“..aku gak peduli dengan apa yang dikatakan mereka, kamu tau apa yang aku katakan pada mereka yang mencoba membukakan mataku tentang sosok yang aku cintai? Aku bilang ke mereka, tidak apa, denganku kamu akan menjadi baik. Dan sampai saat ini aku masih menyakini itu”
“Mereka bilang apa saja tentang aku?” tanyaku dengan mulai terisak.
“Mereka bilang semua yang setelahnya aku tanyakan lagi ke kamu sedikit demi sedikit, dan kamu tidak menyangkalnya. Aku tidak peduli, semuanya hanya kepingan masa lalumu, kepingan yang membentuk dirimu saat ini”
Aku terdiam mendengar semua perkataannya. Jadi, selama ini dia sudah tau?
“Sayang, kamu percaya kan aku cinta sama kamu?”
Aku terdiam menatap matanya, aku melihat wajahku di dalam matanya, menahan air mata karena tidak tau lagi harus berkata apa. Apa aku pantas untuknya? Apa ketulusannya setimpal dengan diriku?
“Sayang, aku percaya kamu bisa berubah. Untuk aku, untuk diri kamu sendiri, untuk kita, untuk mimpi-mimpi kita”
Aku masih saja terdiam mendengar semua perkataannya, ucapan mereka semuanya benar, aku tidak bisa mengelaknya, tapi begitulah aku, dan dia.. apa aku masih pantas untuknya. Tapi dia tetap di sini, tidak pergi kemana-mana, tetap menggenggam tanganku, bersama menyusun cerita. Apa semua ini nyata? Apa benar masih tersisa sosok Adam yang masih bisa mencintaiku dengan segala apa yang telah kulalui?
“Kamu yakin kamu masih mau melanjutkan dan membangun masa depan bersama aku? Setelah mendengar segala cerita  mereka?”
“Yakin, asal kamu mau berubah, aku lihat belakang ini kamu sudah jauh berubah. Menjadi lebih baiklah, sayang.. tunjukan kepada mereka bahwa kamu bisa. Bahwa mereka salah. Ada aku di sini, aku temani kamu menjadi lebih baik”
“Gak ada yang abadi, semua yang aku alami, membuatku makin yakin gak ada yang abadi. Cacian mereka, kesedihanku, pun rasa yang sekarang kamu ungkapkan. Aku lelah percaya lagi..” jawabku menanggapi segala keyakinannya.
“Jika benar tak ada yang abadi, maka perjuanganku yang tak kenal lelah ini, kamu sebut apa?” jawabnya.
“Mungkin benar, tidak semua hal yang terjadi dan ada di bumi ini abadi. Pun dekapan tanganku, semuanya yang aku sangka akan abadi, perlahan akan mati jika kamu tidak ikut mempercayainya” lanjutnya.
“Kalau ternyata kamu sama seperti mereka gimana? Mungkin sekarang kamu bisa berkata seperti ini karen kita sedang dimabuk cinta. Besok gimana? Kalau ternyata besok kakimu lebam dihantam lelah? Apa kamu akan berhenti dan balik meninggalkanku seperti yang selama ini aku alami?” jawabku.
“Tidak, sayang.. jika kamu terus mempertahankan apa yang belakangan ini sudah kita lalui, aku yakin kita bisa bertahan. Aku mungkin tidak bisa menjanjikanmu selamanya, tapi aku berjanji, aku akan mencintaimu sampai kamu lupa rasanya membenci”
Aku makin larut dalam air mataku yang terus mengalir, jika benar tak ada yang abadi, mengapa kesedihan ini beruntun menerpaku? Ucapku di dalam hati.
“Aku gak akan pergi kemana-mana, aku akan menemanimu menyangkal ucapan mereka, membuktikan bahwa ucapan mereka salah. Menemanimu memilah mana yang patut dijadikan abadi, mana yang pantas untuk dikomentari dengan sini “tak ada yang abadi”, aku akan terus di samping kamu” kali ini dia mendekat, menggenggam tanganku dengan erat. Dari suaranya aku yakin dia sedang menahan tangis.
“Aku cinta sama kamu, tapi aku merasa gak pantes dapat balasan cinta sedemikian besar dari kamu”
“Hei, liat aku. Aku cinta sama kamu..” dia menatapku erat.
“Gak ada duka yang abadi, gak ada cibiran yang abadi, apa lagi masa lalu, buktinya mereka sekarang sudah terlewati, mereka akan abadi menjadi masa lalu kamu. Mereka gak akan kembali lagi jika kamu mau. Jika kamu mau berubah, dengan aku. Dengan mencintaiku dengan baik..”
“..Kamu harus bisa membuktikan ke mereka, bahwa kamu bisa menjadi lebih baik. Dengan atau tanpa aku.”
“Emang kamu mau kemana? Kamu mau ninggalin aku?”
“Nggak, seperti yang tadi kamu bilang, jika benar memang tak akan ada yang abadi, maka takkan selamanya tanganku mendekapmu. Takkan selamanya raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu..”
“..Tapi satu yang aku pastikan, jika hal itu terjadi, hanya berhentinya alunan detak jantungku lah yang menjadi penyebabnya, bukan karena keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang. Kamu percaya kan sama aku?”
Aku memejamkan mata, mengeluarkan air mata yang sedari tadi membendung tak tertahan tiap kali mendengar kata yang terucap darinya. Aku mengangguk. Seraya mengiyakan apa yang ia janjikan. Aku mengangguk, terus mengganguk metanap matanya.
“Aku cinta sama kamu, sayang.. tolong biarkan aku menyelamatkanmu. Biarkan aku menyelamatkanmu dengan mencintaimu, biarkan dirimu makin baik dengan mencintaiku.” Ucapnya sambil memelukku. Tangisku makin pecah di dalam peluknya.
“Aku juga cinta sama kamu, aku butuh kamu untuk menyelamatkanku. Cintai aku dengan membuatku percaya “tak ada yang abadi” hanya sekedar kata jika itu terjadi di antara kita” aku membalas semua ucapannya. Memeluknya sebagai perwakilan ucapan terima kasihku pada Tuhan atas hadirnya di hidupku.
“Iya, aku akan buktikan kepada mereka, bahwa masih ada di dunia ini yang abadi, yaitu kita”
Aku mengangguk di dalam peluknya.
“Jangan pernah hilang, jangan pernah menjadi seperti mereka, jangan pernah menjadi masa laluku” ujarku.
“Iya, aku tidak akan menjadi masa lalumu, aku tidak butuh mereka untuk membentuk masa depan kita. Aku cinta kamu. Abadi.”

—end—
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: